(kiriman dari suster Lidwina Mariani OSU)
Di tepi telaga, si lamban kura-kura berdoa sepenuh jiwa. 'Wahai,
Pemilik kekuatan dan kecepatan, berikanlah si lamban ini kaki yang
kuat dan cepat.'
Pemilik kekuatan dan kecepatan, berikanlah si lamban ini kaki yang
kuat dan cepat.'
Telaga itu adalah telaga yang diberkahi. Pada saat yang sama pintu
langit sedang terbuka, maka terjadilah yang harus terjadi.
langit sedang terbuka, maka terjadilah yang harus terjadi.
Perubahan yang begitu cepatnya membuat kura-kura senang bukan
kepalang. Ia berlari kesana-kemari, merambah lembah mendaki bukit
tinggi. Kura-kura begitu terpesona dengan kemampuan barunya.
Kecepatannya yang luar biasa bahkan membuat kuda ternganga dan kijang
tercengang.
kepalang. Ia berlari kesana-kemari, merambah lembah mendaki bukit
tinggi. Kura-kura begitu terpesona dengan kemampuan barunya.
Kecepatannya yang luar biasa bahkan membuat kuda ternganga dan kijang
tercengang.
Berhari-hari hanya itu yang dilakukannya hingga hewan-hewan lain di
dalam hutan bertanya-tanya kemanakah gerangan si kura-kura.
dalam hutan bertanya-tanya kemanakah gerangan si kura-kura.
Suatu hari setelah lelah berlari, saat ia beristirahat., datang
beruang bertanya padanya lantang, ‘Hai, kura-kura, ada apa saja di
depan jalan ini?’
beruang bertanya padanya lantang, ‘Hai, kura-kura, ada apa saja di
depan jalan ini?’
Sebuah pertanyaan yang teramat biasa bagi kura-kura. Hampir setiap
hewan yang berpapasan dengannya bertanya seperti itu kepadanya. Ia
biasanya dengan senang memberi jawaban yang memuaskan.
hewan yang berpapasan dengannya bertanya seperti itu kepadanya. Ia
biasanya dengan senang memberi jawaban yang memuaskan.
Tetapi kali ini pertanyaan biasa itu menjadi sulit baginya. Ia tiba di
tempat itu dengan cepat. Sepanjang jalan ia hanya asyik berlari hingga
tidak bisa mengenali jalan-jalan yang telah ia lalui.
tempat itu dengan cepat. Sepanjang jalan ia hanya asyik berlari hingga
tidak bisa mengenali jalan-jalan yang telah ia lalui.
Tak lagi seperti dulu saat ia masih berjalan lamban: ia adalah
pengamat yang hebat dan pencerna peristiwa yang luar biasa.
pengamat yang hebat dan pencerna peristiwa yang luar biasa.
Kini ia menyadari ini adalah tempat yang asing baginya dan peristiwa
yang terjadi di sekelilingnya berlalu sia-sia begitu saja. Dengan
penyesalan yang sangat ia berkata kepada beruang, ‘Maaf teman aku
tidak bisa menjawabnya, sungguh aku tidak tahu ada apa saja di jalan
ini’.
yang terjadi di sekelilingnya berlalu sia-sia begitu saja. Dengan
penyesalan yang sangat ia berkata kepada beruang, ‘Maaf teman aku
tidak bisa menjawabnya, sungguh aku tidak tahu ada apa saja di jalan
ini’.
Mendengar jawaban kura-kura, beruang keheranan. Seraya berlalu, ia
berkata,’Kamu kok tidak seperti kura-kura yang aku kenal.
Jangan-jangan kamu bukan kura-kura....'
berkata,’Kamu kok tidak seperti kura-kura yang aku kenal.
Jangan-jangan kamu bukan kura-kura....'
Kura-kura ingin menjelaskan tetapi melihat beruang berlalu sambil
mengibaskan tangan, ia menjadi terdiam.
mengibaskan tangan, ia menjadi terdiam.
Setelah lelahnya hilang, kura-kura kembali berlari. Di tempat lain ia
bertemu hewan lain dan mendapatkan pertanyaan yang sama, dan kejadian
yang sama saat bertemu beruang kembali terulang. Entah telah berapa
kali hal itu terus terjadi hingga membuatnya merasa gundah tak
berguna.
bertemu hewan lain dan mendapatkan pertanyaan yang sama, dan kejadian
yang sama saat bertemu beruang kembali terulang. Entah telah berapa
kali hal itu terus terjadi hingga membuatnya merasa gundah tak
berguna.
Kura-kura berlari sekencang-kencangnya tak tentu arah, berharap angin
yang membelai tubuhnya bisa membuat gundah hatinya reda.
yang membelai tubuhnya bisa membuat gundah hatinya reda.
Namun apa daya, hati yang gundah membuatnya lengah. Di sebuah
simpangan jalan, kepala lunaknya menghantam batu yang terhalang
dedaunan. Terdengar satu teriakan yang mengusik hutan, selanjutnya
adalah diam yang panjang.
simpangan jalan, kepala lunaknya menghantam batu yang terhalang
dedaunan. Terdengar satu teriakan yang mengusik hutan, selanjutnya
adalah diam yang panjang.
Seekor burung yang kebetulan lewat bergumam, ‘Kepala yang lunak memang
bukan jodoh yang tepat untuk kaki yang kuat dan cepat’.
bukan jodoh yang tepat untuk kaki yang kuat dan cepat’.
Terdengar ceracau suara-suara, seiring kabut putih yang kian menipis,
suara-suara semakin jelas.
‘Lihat! Dia sudah sadar!’, suara kancil terdengar.
‘Oh, syukurlah!’, suara berat beruang yang kini terdengar.
suara-suara semakin jelas.
‘Lihat! Dia sudah sadar!’, suara kancil terdengar.
‘Oh, syukurlah!’, suara berat beruang yang kini terdengar.
‘Di mana aku, kawan?’, kura-kura bertanya.
Lalu terdengar jawaban banyak hewan, ‘Engkau sekarang berada di tempat
yang seharusnya, kawan’.
Lalu terdengar jawaban banyak hewan, ‘Engkau sekarang berada di tempat
yang seharusnya, kawan’.
Mata kura-kura kembali terpejam, lirih ia ucapkan, 'Kawan, tolong
bawa aku ke tepi telaga’.
bawa aku ke tepi telaga’.
Setelah membawa kura-kura ke tepi telaga dan memberi pengobatan
secukupnya, satu persatu hewan-hewan itu pun kembali ke kawanannya.
secukupnya, satu persatu hewan-hewan itu pun kembali ke kawanannya.
Kini kura-kura sendiri. Lalu mencoba pelan-pelan menyusun kembali
persitiwa yang telah terjadi sejak ia berdoa di tepi telaga.
persitiwa yang telah terjadi sejak ia berdoa di tepi telaga.
Telaga yang tenang mengundang hening yang dalam. Perlahan kura-kura
kembali merasakan dirinya. Disentuhnya sejuk air telaga, ditatapnya
langit dengan rendah jiwa.
kembali merasakan dirinya. Disentuhnya sejuk air telaga, ditatapnya
langit dengan rendah jiwa.
Lembut hampir tak bersuara, sebuah permohonan suci mengalir dari hati
menjadi kata indah pada lidah:
‘Wahai, Pemilik segalanya, Engkau lebih mengetahui yang terbaik bagi
si lemah ini. Bimbinglah si lemah ini untuk menerima keadaan dan peran
yang Engkau takdirkan dalam susah maupun senang. Mudahkanlah jalan
yang harus ditempuh dengan pertolonganMu, agar dapat selalu mencari
dan mengerti maksud baikMu pada setiap ketentuan.’
menjadi kata indah pada lidah:
‘Wahai, Pemilik segalanya, Engkau lebih mengetahui yang terbaik bagi
si lemah ini. Bimbinglah si lemah ini untuk menerima keadaan dan peran
yang Engkau takdirkan dalam susah maupun senang. Mudahkanlah jalan
yang harus ditempuh dengan pertolonganMu, agar dapat selalu mencari
dan mengerti maksud baikMu pada setiap ketentuan.’
(JTL, Jakarta 21 April 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar