"Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal
Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin
untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang
telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak
mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah
kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah
kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih;
semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi
orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke
ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap
hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja
itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan
pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata
kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi
orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu.Sebab itu
pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang
yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah
hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya
di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga
penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu
masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang
tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana
engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi
orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah
kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang
paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab
banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Mat 22:1-14),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta SP Maria,
Ratu, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:
· Dari data statistik Seminari Menengah Mertoyudan dapat diketahui
bahwa mereka yang akhirnya ditabiskan menjadi imam dan tetap setia
pada panggilan imamatnya kurang lebih hanya 10% dari jumlah seminaris
yang sempat belajar di Seminari Menengah Mertoyudan. Memang banyak
yang berminat, termasuk saat ini, untuk menjadi imam, namun akhirnya
hanya sedikit yang terpilih. Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
generasi muda dalam memilih pacar atau calon suami/isteri, kiranya
juga banyak pilihan, namun akhirnya harus memilih satu yang dianggap
cocok dan terbaik. Demikian juga sering banyak pelamar kerja namun
hanya beberapa saja yang akhirnya terpilih sebagai pekerja. Mereka
yang terpilih dinilai layak dan pantas, dan kiranya kita semua juga
mendambakan 'terpilih', yaitu terpilih menjadi orang baik, bermoral
dan berbudi pekerti luhur alias orang yang sungguh dikasihi Allah
maupun sesamanya. Maka marilah sebagai orang beriman kita berlomba
untuk menjadi 'yang terpilih dan terkasih'. Sebenarnya masing-masing
dari kita adalah 'yang terpilih dan terkasih': bukankah ada jutaan
sperma berebut satu 'telor' dan hanya satu yang menang dan terpilih,
dan siapa dia kalau bukan kita masing-masing ini. Dengan demikian
selayaknya kita semua berusaha menjadi 'yang terpilih dan terkasih',
dan untuk itu marilah kita senantiasa berusaha hidup dan bertindak
sedemikian rupa sehingga dikasihi oleh Allah maupun sesama kita.
Hendaknya dalam keadaan apapun kondisi kita jangan sampai 'minder'
atau kecil hati, karena kita semua telah menjadi 'pemenang' atau
'juara', terpilih sebagai sperma bersatu dengan telor dan akhirnya
menjadi diri kita apa adanya pada saat ini. Marilah kita meneladan SP
Maria, Ratu kita, yang senantiasa mentaati dan melaksanakan kehendak
Allah.
· "Hanya izinkanlah aku melakukan hal ini: berilah keluasan
kepadaku dua bulan lamanya, supaya aku pergi mengembara ke pegunungan
dan menangisi kegadisanku bersama-sama dengan teman-temanku." (Hak
11:37), demikian kata seorang gadis, anak perempuan Yefta, kepada
ayahnya. Kata-kata ini mungkin baik menjadi bahan permenungan bagi
rekan-rekan perempuan yang masih gadis atau perawan, yang tidak lama
lagi akan segera menikah atau bersuami. Ada waktu persiapan khusus
sebelum mempersembahkan kegadisan atau keperawanannya kepada sang
suami yang baru. Masa ini mungkin pada saat ini tidak lain adalah masa
tunangan, maka kepada rekan-rekan gadis yang sedang dalam masa
tunangan kami ajak untuk sungguh mempersiapkan diri. Kepada para
orangtua dari anak gadis yang segera akan menikah atau bersuami kami
harapkan memberi keleluasaan kepadanya dalam mempersiapkan diri.
Persiapan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan kita: segala
sesuatu yang dipersiapkan dengan baik dan benar pasti akan sukses atau
berhasil sebagaimana didambakan atau diharapkan. Tentu saja saya juga
berharap kepada rekan-rekan gadis untuk menjadi kegadisan atau
keperawanannya sampai pada saatnya nanti dipersembahkan kepada 'yang
terkasih', suami terkasih.
"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian,
tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban
penghapus dosa tidak Engkau tuntut.Lalu aku berkata: "Sungguh, aku
datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku;aku suka
melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku."
(Mzm 40:7-9).
Sumber : http://renunganimankatolik.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar